Menikmati Kota

Menikmati kotamu tidak lengkap tanpa hadirmu

Menikmati kotamu selalu menjadi tuju saat temu

Menikmati kotamu paling tepat saat yang patah akan tumbuh

Namun, lebih tepatnya saat yang tumbuh tiba-tiba patah.

Menghembus

Angin perlahan menghembus apa pun yang dilewatinya. Tak peduli, keras atau lembut. Tak peduli tegak atau bengkok. Tak peduli kau baik atau payah. Bahkan ia tak perlu alasan untuk melakukannya. Hanya begitu saja.

Sementara itu, aku bertanya-tanya. “Apakah aku bisa menjadi angin?”. Dengan bebasnya dan tanpa ada perasaan apa pun menebas semua yang ada. Menghembuskan setiap napas kepada mereka yang entah aku kenal atau tidak, aku suka atau tidak, aku terima atau tidak.

Yah…. Mungkin aku bukan angin itu.

Mungkin aku sesuatu yang lain. Entah. Aku sedang mencari tahu.

Oktober

Lama tidak menulis, rasanya kaku.

Lama tidak menuangkan apa yang ada di pikiran.

Lama pula tidak menceritakan apa yang dirasa oleh hati. Sampai-sampai aku bingung harus memulainya dari mana. Tapi kali ini, aku hanya akan bilang buat kalian semua di luar sana.

Terkadang kita selalu sibuk untuk menyenangkan dan membahagiakan orang lain. Tapi kita lupa, kita juga berhak untuk itu. Jika memang bukan dari orang lain, setidaknya dari diri kita sendiri.

🙂

Terima kasih untuk tetap selalu ada ya, untuk diriku. Dari diriku.

Lebih Baik Mati, Singa!

Halo Singa!

Yang garang, ganas dan selalu bikin was-was.

Kau tak berbeda dengan ia, yang menjadi penguasa yang bisa menikam siapa saja yang berkelana di sekitarnya. Tak peduli rupanya, yang jelas ia selalu berani dan tidak pernah mau kalah dalam segala hal.

 

Kau adalah singa itu, tapi tidak terlalu jago untuk menaruh kejantananmu selalu di depan. Bahwa malu-malu tidak bisa kau sandiwarakan dengan topeng liarmu itu. Melupa tidak selamanya rupa bisa dilihat dengan mata. Lalu, bayanganmu sendiri saja kau takut jika ia akan membunuhmu–sepi-sepi yang terlalu tajam, hitam lalu kelam. Nah, pada malam yang kau dan aku harapkan, kita sempat mengganas masing-masing tanpa menyembunyikan kepiawaian kita menyimpan pedang dan menggoreskan pada dada kita sendiri. Kau jagonya membuat aku harus mendapat alasan untuk mati. Aku jagonya untuk melawan hal yang harus aku lawan untuk mati. Kau menjadi kekhawatiran aku–seorang yang selalu hanya ingin puas dan bisa memiliki yang diingini tanpa mempedulikan–jika pada nanti harus saja aku yang ingin kau tikam; bahkan saat kau tak ingin menikam.

 

Kemudian, berbagai cara telah aku lakukan untuk berakting agar kau tertarik dan tak bosan padaku. Apa kamu tak bosan, Singa? Jika mangsamu ini saja hanya seekor kucing yang kecil dan tak banyak daging.

Yang kusebut singa, kau. Sempat kau menjadi yang aku takutkan. Aku malah ketagihan dibuat takut olehmu sekarang.

Jika harus berjalan sendirian, yang kupilih hanya satu. Lebih baik mati tertikam olehmu daripada tersesat dan aku mati membusuk sia-sia.

 

 

 

Sebut saja, romantis.

Kepada Pulang

Kepada pulang, tidakkah kau ingin kembali ke jalan untuk saling melakukan hal-hal kecil yang membuat tawa-tawa di bibir? Apakah tidak ingin kau mengulang sesuatu yang membuat kita saling rindu? Hal-hal genting yang membuat kevalamu tak berhenti berputar keliling, hanya memikirkan sesuatu yang mungkin tak penting. Apa kau tidak ingin kembali mencoba rasa lama yang disematkan oleh hati masing-masing. Tentang apa yang tak bisa kau sembunyikan, bahwa sebenarnya kau memang merindukan.

Kembali, kau perlu kemari. Aku ingin bicara, hal-hal yang membuat dadaku sesak untuk menghela rindu ini yang berkepanjangan. Sebentar, tak lama. Mungkin hanya beberapa kecup di bibir akan menenangan pikiranku yang dari tadi berkeliyaran mencarimu di balik-balik kenangan.

Jika kau tidak tahu arah, cukup kau ikuti saja ingatanmu kemana perginya. Sebab, sebaik-baik ingatan adalah kenangan yang ada di kepala masing-masing. Tidak ada yang perlu dicemaskan kecuali doaku yang semoga didengar. Tidak usah terlalu takut untuk pulang, sebab lentera masih berpijar nyala dengan ranum jingga yang menunjukkan arah kemana kau harusnya kembali.

Kau, pulang. Tolong antarkan kami untuk saling bertemu. Memendam rasa rindu rasanya tidak enak, tidur saja kami tak nyenyak. Tolong pertemukan dada kami untuk saling berpelukan. Menjaga dada-dada agar tak salah menjadi rebahan.

Kepada pulang. Aku berpesan, yang selalu kami nantikan. Adalah sesuatu yang kau antarkan.

Pergi; Elegi Usai Februari

Tidak ada yang lebih tabah selain hujan di bulan Juni. Katanya.

Kadang, mencintai tidak pernah seperti ini, serumit rindu yang belum bisa terpecahkan oleh masalah waktu. Tentang prosa cinta yang belum kau tahui isi-isinya, aku berdoa kepada semesta. Semoga mereka semua menjaga rindu kita agar baik-baik saja. Abaikan saja, segala yang fana dalam dunia kecuali cinta yang memang benar-benar fakta hubungan manusia satu dengan lainnya.

Kadang kita mementingkan ego. Hidup dalam segala kecemasan masing-masing. Sekarang, memang kita hanya kata yang terpisah oleh spasi namun salahkah jika aku masih selalu setia mengingatkan, bahwa doaku selalu mencoba menyentuhmu dari alas sajadahku?

Selamanya….

Ketahuilah, aku adalah pergimu yang tak tahu mungkin kau tak ingat lagi siapa aku ini.

Cokelat

Manis Seperti Cinta, Lumer Seperti Rindu

Mimpi tidak mulu-mulu perihal memejam mata. Berharap untuk temu menjadi nyata. Manis, tapi kadang tidak semanis dengan apa yang sudah kita impikan. Barangkali, kita tak perlu susah-susah untuk bermimpi, sebab nyata adalah sebaik-baik yang sedang kau harapkan. Namun, perihal manis dan lumer, tak selalu tentang ‘kau’, cinta dan rindu memiliki satu padu yang menjadi hidangan yang tak pernah bosan kurasakan.
Kau tahu? Hidup memang tak seharusnya begitu, memang seperti ini. Seperti yang ada. Tak usah melebih-lebihkan apa yang harusnya bukan untuk dipermasalahkan–waktu. Barangkali memang benar, waktu adalah pemanis untuk kita yang melelehkan rindu untuk cinta. Mencicipi rasanya memang kadang perlu, namun tak seperti makanan yang harus kau coba smeua, cinta perihal mencicip, merasa, cukup tahu, selebihnya terserah kau–ingin kau nikmati sepuasnya atau kau hanya ingin bermain-main saja.
Cinta tidak harus dengan makanan manis yang sellau membuat orang ketagihan untuk menghabiskan. Oleh ini, kau perlu menjajal merasakan cinta yang wajar, seperti dnegan kau taburi mimpi-mimpi yang tak kalah manis dengan apa yang identik dengan bulan Februari ini.
Cinta, tidak selalu selembut, semanis, dan selumer ‘kau’ yang selalu ingin dicicipi. Kadang cinta harus dihindari.

Surat ke Enambelas; Cemas–Ada yang Lebih Baik dari Takut

Selamat jatuh cinta!
Untuk kau, yang menjadi dermaga rindu ini berlabuh

Tanggal empat belas, aku cemas. Aku tidak takut atau kenapa. Aku hanya cemas rinduku tidak bisa tertampung oleh pikiranku sendiri. Usia yang masih amat muda untuk kita, iya memang. Aku sendiri takut jika terjadi apa-apa.

Nis, aku berdoa untuk kita. Ada yang tak bisa dijelaskan oleh bibir saat semua harusnya sudah dikatakan; aku bertambah mencintaimu dari hari kemarin. Doa; semoga kita adalah sebaik-baik kata yang terangkai oleh cinta sebagai gemboknya. Aku tidak tahu pasti soal cinta. Tapi lewat kamu, aku berhasil mengenalnya, tidak banyak hanya secukupnya saja. Seperti rindu ini yang tak perlu dilebih-lebihkan jika memang belum waktunya bertemu.

Sayang, jika ada yang lebih baik dari berjalan sendiri, itu adalah saat kaki-kakiku berjalan menuju rumahmu; menjemput kau untuk bersamaku. Jika ada yang lebih baik dari sebuah tangan yang dingin, adalah kita berdua yang berpelukan.
Aku tidak yakin dengan omongan orang=orang. Jatuh cinta adalah sakit! Tidak! Aku tidak membenarkan itu! Aku sungguh merasa tidak pernah sia-sia telah menjatuhkan hati pada dirimu. pada kamu, aku mencintai.

Barangkali ada yang tak bisa diceritakan oleh sepotong senja, adalah kita yang duduk berdua di bawahnya. Tak mengerti apa yang sedang kita lakukan, cukup kita saja yang tahu. Yang lain cukuplah melihat tanpa ahrus mengerti alur ceritanya bagaimana, Bukankah begitu lebih baik?

perihal melabuhkan hati, tidak sembarang. Bisa-bisa kau salah tujuan. Aku berterima aksih kepada jalan yang sudah mengantarku ke sebuah dermaga yang membuatku nyaman untuk berteduh, adalah seorang perempuan bias ayang tak mengenal arti lelah dalam cinta dan tak pernah putus asa. Aku bersyukur, terima kasih Nis. Untuk semua yang pernah kita lalui berdua, tanpa orang lain tahu.

Maaf, aku adalah lelahmu yang kadang membebani pikiranmu. Aku tidak bermaksud begitu, kadang, aku hanya ingin bercerita bahwa sebenarnya aku juga ingin dicinta.

-AL

Lomba Blog Pegipegi; Mencicip Raja Ampat

Semua orang tentu memiliki impian destinasi yang masih hanya sekadar mimpi-mimpi yang berharap bisa saja terwujud. Lewat lomba blog pegipegi ini, aku menumpahkan seluruh hasrat cita-citaku untuk pergi ke suatu tempat benama Raja Ampat. Dulu, sungguh sangat kusesali karena tak mengenali tempat yang terletak di sudut pulai sederhana namun menyimpan kekayaan yang luar biasa. Buat saya, tempat ini merupakan surga dunia yang hanya dimiliki Indonesia saja, luar biasa. Sebagai seorang yang menyukai jalan-jalan, namun belum tentu setiap saat. Memalukan bukan jika yang memeliki tanah ini belum mencicipi rasanya namun orang yang dari luar sana malahan sudah berkunjung ke sini berkali-kali.  Lewat moment ini, aku akan memulainya. Sekarang.

Kepulauan Raja Ampat dapat kita temui di koordinat: 0°47′13.7″LS,130°33′43.0″BT yang masih berada di lingkup pulau Papua atau sering juga disebut pulau Irian Jaya di bawah Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Dulunya kepulauan ini hanya sebongkah berlian yang tenggelam di lumpur, kau tak bisa melihat kilauan indahnya. Ya, tentu saja tujuan wisatawan dulunya hanya ke luar negeri saja. Tak habis pikir saya. Namun, sekarang merupakan sumber devisa negara yang sangat berharga.

Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta adalah empat pulau terbesar yang dikandungnya. Kepulauan ini menjadi pilihan terbaik wisatawan untuk menikmati keindahan alam dan bawah air yang tak bisa terlupakan begitu saja.

Sudah beberapa tahun terakhir ini saya ingin menuju tempat yang mengagumkan ini, namun terkendala oleh dana ya saya bisa apa. Sebuah harapan yang luar biasa muncul yang sempat padam, setelah saya baca tweet dan blog dari @pegi_pegi yang mengadakan kuis dengan hadiah jalan-jalan ke  destinasi yang kita ingini. Menggiurkan sekali.

Bercerita tentang Raja Ampat, banyak yang bisa kau temui di sana. Apalagi setelah tempat ini gencar-gencarnya menjadi vembicaraan publik, tentu saja pemerintah setempat sudah mengelola kekayaan yang ada untuk menjadi daya tarik para wisatawan maupun calon wisatawan seperti saya. Baik wisatawan dosmetik maupun mancanegara sekalipun, mulai berlomba-lomba mendatangi tempat yang terkenal sebagai ‘surga’nya Indonesia timur ini. Dari sektor pariwisata, perkebunan, pertambangan dan perikanan adalah empat sektor yang dikembangkan dan memiliki potensi yang luar biasa.

Namun, potensi besar amat dimiliki oleh kepulauan ini adalah wisata penyelamannya yang ornag bilang tidak lengkap jika kau tak menyelam mengarungi lautannya Raja Ampat. Wah, semakin penasaran dan saya ingin sekali mencaci maki diri sendiri jika tak berhasil menang. Oleh karena tempat ini merupakan satu dari sepuluh perairan terbaik di dunia untuk drive site tentu saja memiliki keindahan flora dan fauna yang terdiri dari beragam spesies yang belum tentu di perarian lain dapat ditemukan makhluk-makhluk sepertinya.

Keindahan-kepulauan-raja-ampat-wiki

Sudah bisa tergambar bukan bagaimana indahnya tempat ini? Laut yang dikelilingi gunung-gung batu yang menjulang tinggi membuat pemandangan sempurna. Untuk akses yang harus dilewati menuju objek wisata ini tidak terlalu sulit. sudah ada media transportasi yang bisa mengantarkan kita ke sana dengan membeli tiket pesawat dari Jakarta menuju Sorong yang memiliki Bandara Domine Eduard Osok. Memang biaya bisa dibilang mahal dan tentu tidak sebentar untuk mencapai surga di pulau timur ini, namun itu semua tidak sebanding dengan kepuasan dan pengalaman yang tak terlupakan.

Dari Sorong, sudah banyak dijumpai hotel yang bisa dijadikan piilihan untuk menginap, salah satunya adalah di resort Raja Ampat Dive Lodge.

raja-ampat-dive-lodge

Sebenarnya tidak hanya wisata penyelaman seperti snorkeling yang bisa kita lakukan di tempat ini, pantai-pai berpasir putih bisa kita nikmati juga namun memang tak lengkap rasanya jika tak sekalian buat apa jauh-jauh ke mari jika tidak total-totalan.

Wisata alam seperti ini tentu sangat langka. Oleh itu, adanya pelestarian sangatlah harus dilakukan se-dini mungkin. CI (Conservation International) dan TNC (The Nature Conservancy) adalah dua lembaga internasional yang fokus terhadap pelestarian lingkungan alam di Raja Ampat ini. Di sisi lain, pemerintah setempat juga berusaha keras untuk milindungi kawasan yang luar biasa ini.

Berkunjung ke Raja Amvat tidak mulu-mulu tentang wisata airnya. Kekayaan budaya juga dimiliki oleh kepulaun yang masih tersembunyi ini. Adanya beragam bahasa dan suku tentu melahirkan budaya yang beraneka ragam. Sambil berwisata tak ada salahnya juga sambil belajar bukan? Adanya pertemuan dua sudut pandang berbeda yakni bahasa dan suku ini tentu sangat mempengaruhi lahirnya suatu budaya, dari bahasa Biak, Melayu hingga Misool dan sukunya yang terdiri dari Suku Biak, Kawe hingga Tepin. Uniknya, masyarakat sekitar menamakan wilayahnya sesuai dengan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari.

Wah, sungguh luar biasa bukan? Ternyata Indonesia memiliki tempat destinasi untuk berwisata yang sungguh sangat bisa dibilang surga dunia. Apalagi tempat ini berada di kawasan segitiga karang dunia yang merupakan sumber kekayan hati terbesar di dunia.

Semakin penasaran? Bismillah, semoga saya menang dan bisa bercerita lebih banyak dari tulisan saya saat ini. Amiin. 🙂

Untuk Perempuan Berkaki Surga

B9so9EoCQAAZaKjps: i love mom

kasih ibu sepanjang masa #ilovemom @bukune @bukuberkaki

 

Kepada dirimu

 

Aku mengucap selamat sore, terima kasih untuk semua yang kau anggap tidak pernah sia-sia. Mungkin engkau sekarang masih sibuk dengan beban yang kau angkut di punggungmu untuk kau tukar dengan segepok recehan untuk anak-anakmu di rumah, yang menangis jika kelaparan, yang marah jika tak kau beri uang. Sebelumnya aku ingin minta maaf untuk segala banjir amarah yang kuluapkan pada dirimu, seorang perempuan yang kuanggap rumah; tempat yang sempat kutinggalkan namun tak pernah marah.

Engkau apa kabar? Wahai perempuan yang tak asing di mataku. Yang kupanggil engkau, Ibu. Aku berdoa untukmu selalu diberi kesehatan dan lindunganNya. Ibu, asal kau tahu. Anakmu ini sebenarnya tidak pernah benar-benar ingin marah kepadamu, tidak sedetik ingin membenci atau menginginkan untuk pergi. Saat benar-benar aku lelah, dnegan segala aktivitas harian yang membuat tubuh ingin tiduran, saat aku pulang engkau selalu memberiku senyuman entah dengan segala apa yang dikandung oleh nuranimu saat itu. Yang jelas, anakmu tak boleh tahu.

Ibu, Aku ingin sekali memelukmu. Mungkin pelukanku memang tidak ada harganya dibandingkan dnegan segala kasih sayang yang tak tahu kapan akan hilang. Sepanjang masa, begitu bukan?

Aku merindukan segala cara yang engkau tunjukkan untuk membuat anak-anakmu selalu riang. Atau saat kau membuatkan kami masakan di meja makan, di mana kami berocehan ria slaing berebutan maskan sederhana yang tak mewah namun selalu membuat lidah untuk mencicip menghabiskan semua hidangan di atas meja. Kami sadar, bahwa memang bahagia bisa diciptakan di mana saja, meja makan misalnya. Meskipun beratap tak mewah bahagia kami selalu membuat rumah sellau tampak cerah seolah itu adalah nikmat yang luar biasa untukmu.

Kapan kau akan mengeluh? Aku sudah lelah menanyakan hal yang sellau smaa kepada diriku sendiri. Membatin. Aku tidak benar-benar yakin jika sejatinya perempuan adalah tulang yang tak mudah patah meski dipukulkan ke batu berkali-kali, sekeras apapun usahamu. Tahukah engkau? Sebenarnya kami amat mencemaskanmu, namun kami kadnag hanya terlalu termakan ego untuk mengakui semua itu. Maafkan kami, memang anak-anak seperti kami kadang menyusahkanmu namun engkau selalu berusaha untuk memnuhi apa yang kami ingini.

Bu, kau adalah bapak perempuan kami. Tidak ada salahnya bukan jika kami memanggilmu begitu?

Apakah kakimu tidak lelah? Dengan jalan yang amat panjang dan bekerja seharian. Masih saja kau sempatkan untuk anak-anakmu ini membersihkan gubug yang tak seberapa namun tetap saja melelahkan jika harus kau bersihkan sendirian. Keriput yang terpampang di wajahmu, sunggung adalah make-up abadi yang tak bisa hilang, menggambarkan jelas betapa lama kau mengasuh buah hati ini. Tangan-tangmu yang mulai kasar, namun tetap saja terasa lembut jika mengelus rambut-rambut kami. Tidak ada yang ebrubah dari dirimu, engkau selalu sama, selalu menjadi Ibu yang kami rindukan kasih sayangnya.

Saat kau di luar sana, tahukah kami mencemaskanmu. Sungguh kami snagat berharap kau untuk cepat-cepat pulang. Kmai tak sabar ingin membagi cerita kami yang seharian ini kami dapatkan. Uh, mungkin engkau lelah mendengarkan ocehan tak jelas kami padahal kau baru melangkahkan selalangkah di teras rumah. Namun, simpul manis di bibirmu menggambarkan kau tak lelah apalagi marah. Terima kasih ya, Bu. We Love You.

Nanti, kalau kami sudah dewasa. Harapanku akan kami turuti Bu. Katamu, kau ingin naik haji bersama bapak. Iya, amiin smeoga Allah mengijabahi doamu. Sebagai anak, tentu akan berusaha untuk menghadiahkan itu di usiamu yang sudah rentan ini.

Kalau aku sudah dewasa, akan kuberi engkau air mata untuk mengusap segala dosa-dosa dan membasuh surga yang bersemayam di telapak kakimu, Bu.

tertanda,

buah hati yang sering kau marahi, namun aku sadar bahwa kau hanya sedang bersandiwara saja ❤